“Kami berikan modal usaha, habis. Misalnya, mau usaha gorengan, dikasih kompor, dan lain-lain, malah dijual. Katanya untuk makan. Mereka maunya yang instan. Mindset ini yang susah diubah. Kami perlu waktu,” kata Ani kepada Kompas.com, di sela-sela pendataan dan identifikasi anak jalanan, di perempatan Coca-cola, Jakarta Utara, Kamis (21/1/2010).
Pembinaan kepada para orangtua, ternyata juga belum membuahkan hasil. “Pelatihan, pembinaan, dianggap buang-buang waktu. Kadang, anak yang kami bina, dijemput orangtuanya. Katanya daripada gini, mending cari duit. Susah memang,” kata Ani lagi.
Lalu apa solusinya? Salah satu yang sudah berjalan, menurut Ani, mengoptimalkan peran Rumah Singgah. Di DKI terdapat 37 titik rumah singgah. “Tapi ya itu, orangtua tidak suka, anaknya baru sebentar sudah ditarik, dieksploitasi untuk cari uang,” ujar Ani Suryani.
Para penyuluh Dari Rumah Dhuafa menemukan beberapa hal dalam kejiwaan anak anak jalanan ini yang berbeda dari anak pada umumnya terutama mengenani mindset hidup mereka cendrung ga punya tujuan hidup yang jelas dan maunya sesuatu yang bersifat instan. inilah program rumah dhuafa dalam bidang pembinaan anak anak jalanan
Sumber : Kompas.com
Lalu apa solusinya? Salah satu yang sudah berjalan, menurut Ani, mengoptimalkan peran Rumah Singgah. Di DKI terdapat 37 titik rumah singgah. “Tapi ya itu, orangtua tidak suka, anaknya baru sebentar sudah ditarik, dieksploitasi untuk cari uang,” ujar Ani Suryani.
Para penyuluh Dari Rumah Dhuafa menemukan beberapa hal dalam kejiwaan anak anak jalanan ini yang berbeda dari anak pada umumnya terutama mengenani mindset hidup mereka cendrung ga punya tujuan hidup yang jelas dan maunya sesuatu yang bersifat instan. inilah program rumah dhuafa dalam bidang pembinaan anak anak jalanan
Sumber : Kompas.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar